Grup-grup Ini Bikin Warna-warni Musik Pop Indonesia Era 90-an Sulit Dilupakan

3.6.18




Hai, Kawans!

Jadi rutinitas akhir pekan saya menuliskan nostalgia 90-an buat segmen Back to the 90’s Battle bareng Neng Asti Wisnu. Minggu ini, request spesial pakai telor dari Asti, membawa kita ke bahasan musik lagi. Karena sebelumnya kita sudah bahas genre rock dari tanah Britania Raya, sekarang kita ganti haluan ke genre pop dan dari negeri sendiri.

Dunia musik pop Indonesia era 90-an bisa jadi adalah musik favorit pertama saya dan kamu. Yah, dulu kan bahasa Inggris kita belum canggih-canggih amat. Menghafalkan lirik lagu Indonesia pastilah lebih gampang. Atau kita teracuni musik yang diputar terus-terusan oleh orang tua, kakak, atau anggota keluarga lain di rumah.

Untuk menyempitkan bahasan (biar enggak kalah ketat sama singletnya Bang Ipul), saya akan bahas khusus di grup musik, bisa grup vokal maupun band. Dalam otak saya, ada pemetaan seperti ini dalam grup musik pop Indonesia era 90-an.


1. Parade musik parodi dan komedi

Tumbuh dengan hiburan serba komedi di sekeliling saya, inilah jenis musisi lokal yang pertama kali bikin hati saya kepincut : para pencipta lagu parodi. Didukung pula punya sahabat yang sama bocornya, kaset Padhyangan Project adalah kaset penyanyi lokal yang saya miliki pertama kali. Waktu itu, single “Nasib Anak Kost” tenar banget, diputar di mana-mana.



Sebagai pelopor, grup yang berawal dari grup kabaret di Bandung, gabungan mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Parahyangan (Unpar) – yang akhirnya menjadi asal singkatan nama mereka – memang luar biasa kreatif. Lagu-lagu Barat yang sedang naik daun, mereka kemas menjadi lagu yang liriknya mengocok perut dan melodi yang catchy.

Biar pun kesannya bercandaan banget, jangan salah lho! Vokal Om-om Denny, Iszur, Joe, Daan, Wawan, Iang, dan Denden enggak jelek, kok! Aransemen musiknya juga bagus karena melibatkan musisi-musisi berbakat Bandung. Backing vokal-nya pun dua dari anggota grup vokal kondang asal Bandung, Sita dan Dewi RSD (Yes, that famous writer Dee Lestari!)



Tak hanya mengeluarkan album, Padhyangan Project pun meluncurkan TV show yang temanya masih tentang parodi. Tayang di SCTV, acara komedi bertajuk Project-P ini termasuk tontonan favorit saya. Salah satu adegan yang paling membekas adalah waktu Kang Joe berperan sebagai makhluk Klingon ala Star Trek. Kemudian, ia menunjuk “keriput” di jidatnya yang lebar itu sebagai “kue pancong”.

Beberapa personel grup yang akhirnya berganti nama menjadi P-Project ini, akhirnya menonjol secara individu dan menjadi selebriti tersendiri sampai sekarang, seperti Kang Denny Chandra dan Kang Joe Sutisna.

Sementara itu, para junior Padhyangan Project pun tak mau kalah. Regenerasi ini melahirkan grup musik komedi, namun bukan jalur parodi, yang dikenal dengan nama Project Pop. Grup ini yang akhirnya eksis di era 2000-an. Sementara di tahun 1996, Yossi, Odie, Gugum, Udjo, Oon, dan Tika mengeluarkan satu album dengan judul sama dengan single andalan, Lumpia vs Bakpia.



Di balik perubahan nama menjadi P-Project, ternyata ada cerita, munculnya grup sempalan bernama Padhyangan 6. Saya pribadi sih, melihat grup ini (maaf) garing. Singlenya pun hanya Tenda Biruku  (parodi lagu Tenda Biru dari Teh Desy Ratnasari) yang terkenal.




Yah, masyarakat sudah telanjur kepincut dengan P-Project yang lebih cerdas meramu parodinya.




2. Geng model beraksi depan mic

Dari kubu boyband dan girlband Indonesia era 90-an, saya menangkap sebuah fenomena waktu itu. Para model muda menjajal kemampuan tarik suara, dengan kemasan trendi dan kinclong di depan kamera. Banyak grup vokal yang anggotanya adalah para cover girl dan cover boy yang rajin bersliweran di majalah-majalah remaja. Siapa saja mereka?

Dari kubu girl band, nama Bening tentu ada di top of mind. Kuartet teteh-teteh geulis Vonny, Dewi, Vera, dan Dita ini dengan suara yang saking beningnya, macam jadi susah teriak. Begitu imut grup ini mendendangkan lagu Ada Cinta. Citra cewek sweet menjadi ciri khas yang ditonjolkan oleh mereka.



Yang saya ingat lagi, ada grup Model Indonesia, tak mau kalah meluncurkan single berjudul Menari-nari. Personelnya enggak main-main, ada Karina Suwandi, Dominique Sanda, Clara Nelly, Wanda Hamidah, Dewi Sandra, Fara Diana, Ine Febriyanti, dan Dety Carcia. Kenal kan ada beberapa nama besar di situ? Enggak main-main, lagu ini pun diciptakan oleh dua nama hebat : Anang dan Indra Lesmana.



Kalau kubu boy band, ada dua nama grup yang paling mencuat : Coboy dan Cool Colors. Coboy (kepanjangan dari Cover Boy) menampilkan cowok-cowok yang terinspirasi geng boy band luar negeri. Ponco, Ali, Gilbert dan Ferry, dengan lincah joget-joget di panggung. Jangan lupa gaya yang ala-ala bad boy sengak-sengak, pecicilan cari perhatian begitu.



Sementara itu, Cool Colors menampilkan citra yang lebih dewasa. Tengku Ryan, Ari Sihasale, Surya Saputra, Ari Wibowo dan Johandi Yahya; menyuguhkan lagu-lagu mellow (ceritanya mau meniru tipe Boyz II Men, ya!). Fan girls pun klepek-klepek macam digombalin dengan irama dan sosok cowok romantis.



Di penghujung era 90-an, tepatnya tahun 1999, muncul satu band pop (dan ada lah sentuhan rock dikit) dari para cover boy majalah Aneka. Element, begitu mereka menyebut diri, digawangi oleh Lucky, Didi, Ronny, Adhit, Arya, Fajar, dan Ibank.



Jadi ingat, waktu pertama kali band ini muncul dengan single "Hanyalah Cinta", salah satu sahabat sekelas SMA, sepupu dari salah satu personel, mengajak saya dan geng sahabat menonton di sebuah mal. Ya ampun, kita jadi serem sendiri melihat para fans yang histeris melihat Element ini manggung. Sementara, kita yang masih gadis-gadis lugu, bengong melihat Mas-mas ngeband di atas panggung sana hahaha!


3. Band of Brothers

Meledaknya band pop bersaudara dari Amerika Serikat seperti Hanson dan The Moffats, tentu saja enggak afdal kalau tidak ditiru oleh Indonesia. Band dengan personel bersaudara juga ikut mewarnai dunia musik pop 90-an negeri ini.

Satu, ada Wayang, empat cowok yang saling berhubungan darah (kakak beradik, keponakan, dan sepupu). Adri, Yudhi, Fauzi, dan Gilang menelurkan dua album, Damai dan Dongeng di paruh akhir 90-an. Sosok Gilang si drummer cilik, menjadi sorotan. Sempat juga ia dibandingkan dengan Zack Hanson yang sama-sama paling bontot dan menggebuk drum.



Dua, band D.O.T. dengan pentolan si mantan penyanyi cilik, Eza Yayang dan sang abang, Adam. Mereka merekrut Aroel untuk melengkapi formasi band yang membawa aliran bubble gum pop nan ceria. Agak mirip dengan gaya The Moffats, sih.



Tiga, band isi tiga personel bersaudara juga lahir dengan nama Shaden. Nuri, Abrar, dan Rijal menyajikan pop ceria khas remaja yang hidupnya kerasa receh banget hehehe. Album perdana mereka berjudul Malu, rilis tahun 1998.



Saya sih jujur saja, enggak sanggup dengar musik seperti ini lama-lama. Terlalu manis sampai bikin gigi berlubang! Tapi, mungkin ada di antara kamu yang tergila-gila sama mereka? Atau menjadikan mereka sebagai guilty pleasure? Silakan saja!


4. Para penakluk panggung festival dan kompetisi

Mencari penyanyi dari jebolan festival dan kompetisi adalah trik untuk mendapatkan bibit terbaik. Dulu, di era 90-an, salah satu ajang pencarian bakat musik yang sangat hits adalah Asia Bagus. Mengadu penyanyi-penyanyi dari kawasan Asia, Indonesia termasuk sering memenangkan berbagai episodenya. Alumni Asia Bagus asal Indonesia pun semacam punya klub sendiri.

Sampai produser menggabungkan tiga gadis muda bertalenta ini menjadi sebuah grup vokal wanita yang merajai musik pop Indonesia pada akhirnya. AB Three, singkatan AB dari Asia Bagus, mempertemukan Widi, Nola, dan Lusy dalam paduan harmoni vokal serta tampilan luar memikat.



Saya berani bilang, AB3 adalah girl band Indonesia berkualitas tinggi pada zamannya. Grup ini belakangan mengganti Lusy dengan Cynthia Lamusu di era 2000-an dan kini dengan nama B3, masih eksis di panggung musik Indonesia.

Untuk grup musik jebolan festival, band asal Kota Kembang, Bandung yang satu ini sudah bertransformasi menjadi legenda. Kahitna, spesialis lagu-lagu cinta manis nan romantis, band yang punya fan base kuat dan loyal. Formasi awal pada album “Cantik” tahun 1994 menampilkan sang pentolan Yovie Widianto dengan Ronni Waluya, Hedi Yunus, Carlo Saba, Andrie, Doddy Is, Bambang, Harry Sudirman, dan Budiana.



Tembang-tembang Kahitna menurut saya termasuk everlasting. Masih mampu membuat galau padahal sudah lewat lebih dari dua dekade. Berkelana dari panggung festival pada masa awal mereka, membuat Kahitna begitu matang dan kompak meramu melodi serta chemistry. Mau lagi jatuh cinta, kangen berat, atau patah hati, Kahitna punya soundtrack yang tepat untuk suasana hati kamu.


5. Not just another cheesy pop music

Banyak yang memandang musik pop yang ringan sebagai musik “kosong”. Jangan salah, justru pop ini paling gampang berpadu dengan aneka genre lain. Saya pun menemukan beberapa band pop Indonesia 90-an yang tergolong punya sound unik, berpadu dengan lirik ciamik. Musikalitas yang brilian ini menjadikan band-band berikut ini menjadi favorit saya waktu itu.

Walaupun hanya terkenal sebagai one hit wonder, band beranggotakan Wiby, Pongky, dan Denny ini (wow, even their names are rhyming!) sangat mencuri perhatian. Sentuhan elektronika yang mirip bit video game pada tembang andalan “Kebebasan” membuat lagu ini selalu masuk dalam playlist nostalgia saya.



Ada lagi duo Humania, yang bereksperimen dengan funk dan reggae pada musik mereka. Eq Puradiredja (kakak dari Angga, vokalis Maliq & D’essentials) dan Heru yang tumbuh besar di negeri Kanguru, Australia, menyuarakan nada-nada seru yang membuat lagu mereka menjadi lebih berwarna, seperti di single perdana, "Terserah". Ehm, ada Jamie Aditya si VJ kasep itu lho di video klipnya! Di album berikutnya, malah mereka mencoba sentuhan R&B, mendewasakan musik yang disuguhkan. Lagu “Jelita” yang bikin hati deg-degan adalah salah satunya.



Munculnya aliran Swedish pop di kancah musik mancanegara, salah satunya dengan meledaknya banda The Cardigans, turut memengaruhi warna musik anak muda Indonesia. Adalah band Potret yang mencoba menyisipkan warna senada dalam musik mereka. Walaupun kerap bermain dengan lirik menyentil dan menggoda, tak ada yang meragukan kemampuan Melly Goeslaw, Anto Hoed, dan Ari Ayunier (yang kemudian digantikan oleh Aksan Sjuman, eks drummer Dewa 19). Saya termasuk penggemar musik Potret, yang terlihat istimewa, apalagi dari kata-kata pada lagu yang sungguh catchy!



Menyimpan band keren ini di akhir, semua setuju kalau Kla Project adalah salah satu band jenius yang pernah dimiliki negeri ini. Menggebrak di awal era 90-an, trio Katon, Lilo, dan Adi sukses memperkenalkan tembang-tembang yang tak lekang dimakan zaman. Salah satunya, lagu “Yogyakarta” yang seperti jadi soundtrack ikon Kota Gudeg itu dan lagu “Tak Bisa Ke Lain Hati” yang menggugah hati. Kepiawaian mereka dalam musik akustik pun dibuktikan dengan menggelar event KLakustik, ditayangkan di salah satu TV swasta dan dibuat menjadi dua jilid album.




6. Pendekar nada muda nan segar

Saya mencatat, dalam paruh akhir era 90-an, ada dua band pendatang baru yang sangat mencuat, dengan usia personel yang relatif belia (di bawah 25 tahun). Bisakah kamu tebak siapa mereka?

Pertama, band berpersonel segambreng yang berawal dari pengisi acara di Jasa Marga dan sukses memenangkan kontes di Radio Prambors : Base Jam. Rombongan musisi muda Sigit, Adon, Sita, Aris, Anya, Adnil, dan BS langsung menarik perhatian fans begitu melakukan debut mereka. Single “Bermimpi” menempati top chart di mana-mana, diputar tanpa henti pada setiap acara request.



Namun, sejak album ketiga, yang melejitkan lagu “Bukan Pujangga”, Base Jam malah terpecah pelah. Para  personelnya punya kesibukan dan impian masing-masing, menenggelamkan band berpotensi ini.

Beda nasib justru dialami si wonder band satu ini : Sheila on 7. Menyeruak di belantika musik Tanah Air tahun 1999, So7 – ini cara menyingkat nama band mereka – putra-putra Yogyakarta ini langsung menggebrak dengan deretan single yang sampai sekarang abadi di telinga generasi 90-an. Duta, Eross, Adam, Sakti, dan Anton membuktikan bahwa less is more. Kesederhanaan mereka membawa warna yang dicintai hingga kini.



Sebenarnya, saya dulu sempat menganggap So7 ini sebagai band “gombal”. Lirik-lirik mereka memang potensial banget meluluhkan hati cewek-cewek. Puitis, tapi mengena. Namun, setelah umur merangkak melewati pertengahan usia 20-an, barulah saya bisa menikmati musik mereka. Memang kudu melembut dulu, baru musik mereka sampai ke hati, hehehe!



Wah, panjang juga sesi nostalgia kali ini, walaupun tetap saja saya tidak sempat mengulas semua. Saya yakin, lagu-lagu di atas ada yang menghuni playlist kamu. Yang kemudian diputar, saat kangen sama masa sekolah, mengenang cinta pertama, atau menertawai masa alay patah hati yang enggak banget.

Simak juga ya, tujuh artis pop Indonesia 90-anpilihan Asti di blog post-nya yang sudah tayang ini.

Adakah grup musik 90-an lain yang kamu suka? Share di kolom Komentar, yuks!


You Might Also Like

2 comments

  1. Omg mbaaaa hahahahaha aku seneng banget baca ini. Jd keinget lg lagu2 yg sempet aku suka tp lupa judul. Bberapa favoritku, walopun genreku lbh ke rock, kayak lagu2 slank, dewa 19 pas msh ari lasso, boomerang, jamrud, tp ppp juga suka.

    Dr lagu2 di atas aku kangen bgt dgr cool colors, btw, di vidklip yg di atas kenapa ari wibowo ga ada??? Aku sampe siwer td merhatiin 1-1 ga ada muka dia deh. Itu nadya hutaglung msh muda bangetttt hahahahaha.

    Selanjutnya basejam aku jg seneng. Sempet ga bosen2 berbulan2. Muterin ituuuu trus di walkman :p. Sampe ada kaset kosong, itu dr awal ampe akhir aku rekamin lagu basejam yg bermimpi :p

    Memang yaaa lagu90an ga ada matinya hahahaha.. Skr koleksi lagu di spotify ku jg 90an semuaaa :D

    ReplyDelete
  2. Hai, Kak Fanny! Maaf banget balesnya telaaat!

    Aku dulu penggemar macam-macam musik, termasuk rock dan rap juga. Makanya untuk musik pop, aku pun lebih suka yang nadanya 'nyeleneh', bukan yang pop manis.

    BTW, soal Cool Colors, Ari Wibowo dan Jo Yahya itu masuk ke formasi album kedua di mana Teuku Ryan yang keluar dari grup. Yang album perdana, single Tataplah, masih formasi awal yang ada Ale-Surya-T. Ryan. Biasa ya boy band suka bongkar pasang personel.

    Tos dulu! Spotifyku juga isinya 90-s songs. Sampai terbawa banyak inspirasi menulis cerita fiksi juga dari lagu-lagu 90-an ini :)

    Thanks for reading ya, Kak!

    ReplyDelete

Komen dulu yuk, Kawans!