Di Era 90-an, Ini Lima Hobi yang Susah Lepas dari Saya!

27.5.18




Hai, Kawans!

Masih setia ya ngikutin Back to the 90’s battle sambil nostalgila di setiap episodenya. Bukannya susah move-on, sih. Mengingat hal-hal kecil nan manis ini membuat kita sadar, bahwa sebenarnya buat bahagia itu cukup dengan hal sederhana aja, kok!

Seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, anak 90-an itu adalah perpaduan cantik era “manual” dengan teknologi canggih yang baru menyapa. Berada di masa peralihan, membuat anak 90-an punya sifat kreatif, tech-savvy, tetapi masih rajin ngulik ini-itu.

Kali ini, saya dan Asti Wisnu, bakal mengupas apa sih hobi-hobi favorit kita di masa 90-an dulu. Seperti biasa, style kita yang berbeda, akan saling melengkapi satu sama lain. Saya juga bakal kasih cerita di balik hobi saya ini. Pada tahu kan, masa kecil saya emang udah absurd dan geje, rada menyimpang dari anak cewek pada umumnya.

Waktu kecil dulu, teman saya mayoritas cowok. Soalnya, saya punya adik laki-laki yang hanya beda umur setahun. Nah, adik saya ini kutubnya berlawanan sama saya. Dia lebih friendly, selow, pokoknya BFF material yang susah bilang ‘enggak’ sama temen. Jadilah rumah kami selalu penuh dengan anak-anak yang main dan nonton (bisa seharian kalau hari libur).

Yep, tebakan kamu bener. Cowok-cowok kompleks memenuhi rumah saya setiap hari.

Di sisi lain, saya bisa dibilang nyaris jadi anak ansos. Bukan emang menyendiri secara sukarela. Tapi karena saya enggak cocok temenan sama cewek dengan segala selera yang beda, mulut yang blunt parah, dan ketegasan yang setara dengan kepala hansip. Masih bersisa sih sampai sekarang hahaha, tapi udah jauh lebih mending. Saya enggak ikut nongkrong main truf atau ngopi item di pos sama bapak-bapak kok sekarang.

Ada satu sahabat setia saya, namanya Izumi. Si blasteran Jepang-Padang ini sama freaky-nya, walaupun dia jauh lebih santun dan bersahabat sama orang lain (tipikalnya sama seperti adik saya yang susah nolak). Singkat cerita, Izumi inilah partner-in-crime sejati yang menorehkan sejarah masa kecil penuh ke-geje-an.

Nah, begitu prolognya, jeng jeng jeng! Membuka peti kenangan, ini dia lima hobi favorit saya di era 90-an yang rasanya enggak lengkap kalo belum dilakuin.


1. Main Tamiya

Lupakan Barbie yang bikin saya gatel-gatel dan bergidik ngeri. Kalau ada mainan era 90-an yang saya paling cintai, mobil mini four-wheel drive (4WD) merek Tamiya pasti ada di nomor satu daftarnya. Walaupun harganya lumayan, saya beruntung bisa mengoleksi beberapa di antaranya.

Saya tertarik pada mini 4 WD setelah menyaksikan anime yang tayang di TVRI sebelum Unyil ini : Dash! Yonkuro. Bercerita tentang sebuah kelompok yang berkompetisi mini 4 WD, siapa pun pasti ngiler untuk mengoleksi kelima mobil Dash! Ini. Ada Dash-1 Emperor milik Yonkuro, Dash-2 Burning Sun milik Tankuro, Dash-3 Shooting Star milik Shinkuro, Dash-4 Cannonball milik Punkuro, dan Dash-5 Dancing Doll milik Rinko.

Dash! Yonkuro anime
pic : enokifilms

Koleksi mini 4WD tim Dash!
bawah (kanan-kiri) : Emperor, Burning Sun
atas (kanan-kiri) : Shooting Star, Cannonball, Dancing Doll
pic : ebay

Namun, meskipun bisa memiliki kelimanya, favorit saya malah jatuh ke mobil biru yang satu ini, Avante 2001. Kebetulan pula, ada komik yang membahas mobil ini, untuk menambah referensi saya mengenali si mobil kesayangan. Avante 2001 adalah sebuah mobil mini 4WD yang terkenal dengan chassis (rangka bodi) ringan. Namun, mobil ini didesain untuk dimainkan dalam trek, bukan off-road seperti mobil geng Dash.

Manga Mini 4 Avante
pic : tokopedia

Avante 2001
pic : wikia mini 4wd


Namanya Winda yang ngeyel, nekat aja dong saya lepas Avante di jalanan aspal. Dan karena enggak punya stik offroad seperti geng Dash, saya pake aja raket bulutangkis. Pernah sekali waktu, Avante saya nyaris nyemplung ke selokan. Saya sampai lompat guling-guling nangkep. Jangan tanya luka-luka perjuangan yang saya dapatkan. Enggak ada cerita deh saya jadi anak cewek yang tangan kakinya mulus tanpa luka hahaha.

Enggak punya stik kaya Yonkuro, gantinya raket bulutangkis!
pic : animetosho

Saya enggak punya keahlian kutak-katik modifikasi, apalagi sampai ikut-ikut lomba. Semata-mata saya punya hanya karena kebawa euforia anime dan komik aja. Sama seperti waktu kepincut sama dodgeball gara-gara komik Magic Ball Danpei yang sudah saya ceritain di posting tentang komik favorit.

Untungnya sih, sekarang saya belum kesambet beliin Aryo Nara seri Tamiya ini. Walaupun udah mulai cek-cek di marketplace, nampaknya saya masih lebih kalap beli-beli buku ketimbang mobil mini 4WD.


2. Koleksi Tazos

Kalau ada hal yang bikin masa kecil saya kebanyakan micin, salah satunya adalah mainan unik satu ini. Namanya Tazos, kepingan bergambar yang bisa dimainkan dengan beberapa cara. Diadu, dibuat menjadi aneka bentuk, dan dikoleksi dalam map khusus. Tazos yang ada dulu, bisa didapatkan berupa hadiah tersimpan di bungkus makanan ringan, keluarganya Chiki-Jetz-Cheetos (produksi Indofood Frito-Lay).

Tazos yang akan saya bahas adalah seri Looney Tunes yang keluar di tahun 1994. Tahu kan geng Bugs Bunny, Daffy Duck, dan kawan-kawannya? Apalagi adanya film Space Jam yang menggabungkan animasi Looney Tunes dan real human actors, salah satunya legenda NBA, Michael Jordan (yang mana pada era 90-an everybody wanted to be LIKE MIKE), membuat Tazos seri Looney Tunes ini most wanted items di mana-mana.

tazos looney tunes
pic : cartoonpicsnet

album buat simpen koleksi tazos
pic : bukalapak

Pokoknya, Tazos ini udah semacam “koin harta karun” yang rela didapat, ditukar, dan dipertahankan dengan segenap jiwa raga (oke, kalo yang ini penjelasan lebay hahaha).

Belakangan, Tazos pun berubah bentuk. Tak lagi kepingan bulat, namun jadi bersegi banyak. Beberapa animasi lain pun muncul menjadi seri-seri selanjutnya, seperti Pokemon dan Angry Birds. Namun, bagi anak 90-an, Tazos Looney Tunes masih jadi yang terdepan dalam ingatan.

Pantesan ya, saya dulu langganan banget kena radang tenggorokan. Gimana enggak, saya bolak-balik jajan demi ngumpulin Tazos dan tiap ikut belanja ke supermarket, pasti comotin Chiki dkk ini dari rak.


3. Surat-menyurat (sama pemenang kuis)

Sepertinya, bakat menulis saya terasah karena dua hobi : membaca dan menulis surat. Keduanya dulu saya jalankan sama rutinnya sehingga menjadi semacam kebiasaan. Kebetulan, orang tua mendukung hobi positif saya ini. Mereka menyuplai saya dengan berbagai kertas surat. Ini adalah daftar belanja rutin saya setiap minggu di toko buku.

koleksi kertas surat semacam ini adalah daftar belanja wajib di toko buku
pic : rahmiazizacom

Surat-surat ini saya kirimkan kepada orang-orang yang namanya tercantum di majalah (biasanya majalah Bobo) sebagai pemenang kuis. Pernah juga saya merasakan jadi pemenang kuis. Benar saja, langsung saya ikut kebanjiran surat. Saya menyukai sensasi yang dirasakan, ketika bisa berkenalan dengan berbagai orang baru. Sayangnya, karena saya bukan orang yang apik, surat-surat ini hilang saat saya pindah rumah.

Tetapi, ada sih surat-surat aneh yang ikut masuk. Pertama, surat yang mirip arisan berantai. Kalau enggak diteruskan, katanya bakal ada azab yang menimpa. Terus dijabarin orang-orang bernasib sial yang mengabaikan peringatan itu. Semuanya luka, cacat, atau meninggal mengenaskan (ada satu yang saya ingat banget, katanya mati dimakan buaya, hadeuh!)

Kedua, pernah pula saya menerima semacam surat cinta. Wah gila, isinya rayuan gombal yang sontak bikin saya enek. Wong saya masih kelas 5 SD, dapat surat begitu, rasanya pengin muntah aja (dan tanyakan kenapa sampai sekarang saya enggak romantis hahaha).

Selain surat, kadang saya suka pakai media kartu pos. Memang sih, seringnya kartu pos ini dipakai untuk mengirimkan jawaban kuis. Tetapi, kalo untuk pesan-pesan singkat dan enggak pribadi, saya cuek aja pakai kartu pos. Prangko pengirimannya pun biasanya lebih murah (solusi saat duit cekak).

kartu pos buat ngirim surat metode irit
pic : tribun news


Yang pasti, menulis surat membuat saya luwes berbahasa. Termasuk salah satunya ketularan bikin pantun alay era 90-an. Seperti pantun terkenal : empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas.

pantun legend buat penutup surat
pic : club iyaa



4. Making prank calls

Penggemar kartun The Simpsons tentu tahu salah satu hobi Bart Simpson, si bengal, yang satu ini. Bart suka sekali melakukan telepon iseng (prank calls) ke bar Moe, tempat ayahnya, Homer Simpsons sering nongkrong. Nah, kalau Bart suka nelepon nanyain pengunjung dengan nama aneh-aneh, saya dan Izumi lebih canggih lagi urusan prank calls.

prank calls ala bart simpson
pic : funnyjunk

Kami berdua saking senengnya sama Telekuis Jari-jari dan kuis di radio, mulai bikin prank calls edisi kuis. Awalnya sih, kita asal pencet nomor aja, terus kasih tebakan garing ala buku AsBak (Asal Tebak) ke seseorang di seberang sana. Lama-lama bosen dengan metode begitu-begitu aja, mulai deh otak kreatif kita jalan.

telekuis jari-jari yang nomor teleponnya hafal di luar kepala
pic : kaskus

Pertama, kita berburu “mangsa” di buku telepon (white pages). Istilahnya, kita enggak cari random target. Terencana sampai ke titik terakhir. Kedua, telepon rumah saya letaknya berdekatan dengan stereo set besar. Biar seakan ditelepon radio beneran, kita setel musik sebagai latar. Nanti siapa yang telepon berlagak jadi penyiar dan siapa yang jadi operator lagu, saling gantian aja deh kita berdua.

Ketiga, aksi iseng dilengkapi dengan gaya ala penyiar. Yang mintain password, kasih pertanyaan (tetap tebakan garing), sampai ngejanjiin hadiah menarik. Herannya, banyak yang mau aja dikadalin. Dikirain saya dan Izumi beneran dari Radio Cendrawasih 123,4 FM (yang mana tahu dong frekuensi FM mentok di 108,0).

I know, what we did is not a good thing. Nevertheless, the creativity that we had back then kinda awesome for 9-years-old girl. Sableng to the max!

Palingan sih dulu saya rajin diomelin karena bikin tagihan telepon membengkak saking seringnya praktik radio jadi-jadian ini hahaha!


5. Catetin lirik lagu

Nyanyiin lagu yang kita suka, suara bagus atau enggak itu soal belakangan, siapa yang seneng begini? Saya termasuk di antaranya, dong! Apalagi untuk lagu berbahasa asing, ini bisa jadi salah satu cara buat belajar juga. Waktu era 90-an, cari lirik lagu enggak segampang sekarang yang tinggal googling aja. Dulu, kalo enggak cari di kaset atau CD, kita harus going for extra miles buat dapetin lirik yang bener.

Beberapa cara ini saya pernah tempuh. Pertama, rekam lagu di kaset kosong, terus ngandelin kuping dan kemampuan bahasa buat nulisin lirik. Kadang berhasil, seringnya gagal hahaha. Apalagi yang vokalisnya nyanyi macem kumur-kumur atau ngerap cepet banget, modar aing!

Kedua, saya pantengin acara catat lirik lagu di radio. Dulu, ada acara semacam ini di Radio Sonora Jakarta. Si penyiar akan membacakan lirik dan terjemahin liriknya sekalian. Lagi-lagi, kadang cara si penyiar pronounce, enggak sampe ke otak saya. Berakhirlah dengan saya nebak-nebak kira-kira apa kata yang dimaksud, berbekal kamus Inggris-Indonesia dan Merriam Webster.

Ketiga, carilah majalah yang memuat lirik-lirik lagu. Terutama lagu-lagu hits yang kita belum punya lagunya. Untuk majalah favorit, ada dua yang menurut saya, memuat lirik yang oke, yaitu Hai dan Music Book Selection (MBS). Plus, ada kunci gitarnya juga, yang biasanya jadi sasaran para gitaris pemula. 

majalah HAI wajib baca buat remaja 90s
pic : breaktime


Music Book Selection (MBS) yang isinya lirik lagu dan kunci gitarnya
pic : Gundallas Gallery on Instagram

Majalah MBS junjungan lirik dan kunci gitar
pic : Gundallas Gallery on Instagram

Saya pun menyingkirkan usaha nyokap yang berinisiatif langganan majalah Gadis, dengan mengganti ke Hai (dan tabloid Bola). Maaf ya, Mah. Anakmu enggak cocok dengan hal-hal terlalu kecewekan itu hehehe. Khusus untuk MBS, saya menabung uang saku untuk membeli, karena harganya lumayan mahal.

Nanti lirik-lirik lagu ini saya tulis ke dalam buku khusus. Begitu sudah kenal PC dan Windows, saya catat ke dalam MS Word. Waktu SMA, saya senang menuliskan lirik lagu ini di organizer milik salah satu sahabat. Nampaknya, ia juga masih ingat kegemaran saya yang satu ini. Karena, lagu-lagu yang saya tulis akhirnya jadi bahan karaoke dadakan di kelas saat lagi suntuk belajar.


Sebagaimana unfaedah dan recehnya hobi di masa kinyis dulu, saya sangat bersyukur. Kegemaran-kegemaran sepele dan ada yang enggak beres ini ternyata bisa menjadikan saya orang yang bisa menemukan kebahagiaan dengan mudah. Karena memang seharusnya memang begitu, happiness is only one smile away.

Asti udah bocorin juga lima hobi kesukaannya, enggak kalah serunya dari punya saya!

Kalau kamu? Apa hobi ala 90’s yang paling memorable buat kamu? Share di kolom Komentar, yuks!





You Might Also Like

3 comments

  1. astagaaa.. gue baru tahu ada album buat simpen koleksi tazos lol. Gue simpen di kotak tisu doang dulu wakakaka...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada albumnya, Cuy! Dan dari album ini kita bisa tahu, Tazos mana aja yang belum kita punya (ada gambar semua Tazos lengkap). Jadi ada patokan kita kalo mau tuker-tukeran.

      Tapi cakep juga elo ada ide masukin kotak tisu. Kirain minjem toples kue Lebaran hehehe.

      Delete
  2. Apa ya..mungkin anime Sailor Moon...hahaha

    ReplyDelete

Komen dulu yuk, Kawans!