Membaca Cepat dan Tetap Nikmat Bukanlah Tipu Muslihat

1.4.18





Halo, Kawans!

Bagaimana long weekend kamu? Semoga tetap kece dan ciamik yaaaa! Saya mau bagi oleh-oleh ilmu yang baru saya dapat di hari libur kemarin.

Sewaktu membuat resolusi 2018, saya memutuskan untuk menetapkan target pada hal-hal yang kira-kira saya mampu dan mau untuk mengejarnya. Sebagai seorang penulis, wajib hukumnya bagi saya untuk rajin membaca. Sebenarnya, membaca merupakan kegemaran yang sudah melekat dalam hidup saya. Bisa dibilang, saya lebih gampang tergoda oleh buku ketimbang produk fashion dan kosmetik.

Yes, I am a (self-proclaimed) book worm!

Tahun ini, saya mencanangkan untuk bisa membaca setidaknya satu buku per minggu. Total jenderal, berarti saya perlu menamatkan minimal 52 buku yang dibaca tahun ini.

Target saya terlalu muluk? Bisakah saya mencapainya?

Kalau buku fiksi, saya pede tidak terlalu sulit untuk mencapainya. Apalagi setelah saya menemukan cara mendapatkan buku murah, bahkan gratis lewat aplikasi iPusnas (dan ada tambahan aplikasi lagi nanti saya akan beritahu). Tentu saja, saya juga masih tergoda oleh berbagai obral buku. Kapan lagi menambah koleksi dengan harga miring?

Jujur saja, tantangan terbesar saya adalah minat dan kecepatan baca pada area buku-buku non fiksi. Terasa tidak seimbang, saya bisa menyelesaikan membaca novel dalam waktu 3-4 jam. Sementara sebuah buku non fiksi dengan tebal yang sama, 3-4 hari belum selesai juga. Seringkali saya merasa bosan dan mengantuk saat membaca buku non fiksi.

Melihat masalah ini, saya memutuskan untuk mengikuti sebuah workshop keren ini. Saya melihat iklannya di grup One Day One Post (ODOP) yang saya ikuti.



Saya yakin deh, buat emak-emak, meluangkan waktu membaca sama sulitnya dengan mengerjakan soal Kalkulus. Enaknya kan membaca itu dilakukan dalam suasana santai dan menyenangkan. Sekarang, gimana coba bisa fokus mengingat nama karakter dan plot, kalau belum apa-apa sudah ada rengekan dan tangisan anak?

Pusing tingkat God of Gamblers zzzz!

Rupanya jawaban atas kebingungan dan kegalauan saya terjawab di Workshop Membaca Itu Nikmat (WMIN), Jumat lalu, 30 Maret 2018, di Bandung Creative Hub, Jalan Laswi.

Saya di antara teman-teman peserta WMIN 13, mayoritas kaum emak rempong yang masih getol belajar hehehe


Narasumber yang menyampaikan materi, Adi Wahyu Adji – selanjutnya dipanggil Kang Adji aja yes – merupakan seorang trainer sekaligus book reviewer yang mengenalkan kepada kami tips dan trik menikmati membaca.

Apa saja yang disampaikan dalam WMIN?

Pertama, kami diajak untuk membongkar mindset tentang membaca. Intinya, kita dicerahkan, ditunjukkan untuk tidak malu menjadi seorang yang gemar membaca. Membaca adalah aktivitas yang patut ditekuni siapa saja, kapan saja, di mana saja. Temukan alasan tepat bagi kita untuk membaca, bisa sebagai hiburan, sarana memperkaya informasi, hingga menemukan makna hidup.

Sebuah artikel yang dimuat setahun lalu, menyingkap tingkat literasi Indonesia yang berada di peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti. Nomor dua terbawah, kawans! Mau ditaruh di mana ya muka kita sebagai bangsa yang malas membaca?

Saya setuju banget, enggak ada alasan untuk tidak bisa dan tidak mau membaca. Selalu ada jalan di balik kesulitan, kok. Tinggal kitanya saja, apakah mau mencoba dan tidak menyerah?

Kedua, masuk ke tips dan trik, bagaimana kita bisa meningkatkan jumlah buku yang selesai dibaca dalam setahun? Untuk bisa menamatkan buku dengan cepat, kita perlu mengatur strategi. Kang Adji memperkenalkan teknik membaca cepat yang mudah dipraktikkan. Teknik ini dibagi dua menjadi teknik dasar dan teknik menengah.

Teknik dasar membaca cepat meliputi :
1. Mengenali kata dengan cepat
2. Memperluas jangkauan mata
3. Mempercepat gerakan mata.

Sedangkan teknik menengah membaca cepat melibatkan :
1. Membaca secara vertikal
2. Menangkap ide utama
3. Teknik menyapu halaman bacaan

Setelah mencoba teknik ini, saya langsung sadar. Kebiasaan membaca saya masih belum tepat. Itulah mengapa saya kerap merasa lelah jika membaca buku yang tebal-tebal. Saya terlalu memaksa diri untuk membaca kata per kata, padahal cara seperti itu tentu membuat mata saya bekerja terlalu keras.

Kami memraktikkan teknik-teknik tersebut dengan membaca selama dua menit. Saya sendiri mengalami peningkatan hampir satu halaman dengan pengubahan teknik membaca. Sebenarnya, efek perubahan biasanya akan terasa signifikan setelah kita rutin memraktikkan selama kurang lebih satu bulan.

Ketiga, Kang Adji memberikan “tantangan” kepada kami. Mari jalankan gerakan satu minggu satu buku alias One Week One Book (OWOB). Kebetulan, gerakan serupa juga tengah digalakkan di grup ODOP. A good writer is an avid reader, right?

Kembali ke masalah “tidak sempat membaca buku”, Kang Adji memberikan saran untuk mengelola waktu harian kita. Tentukan dulu target harian membaca, berapa halaman yang perlu dituntaskan? Kemudian, kita mencari waktu-waktu senggang atau mengganti lazy time (waktu tidak produktif, misalnya mengurangi socmed time dan menggantinya dengan baca buku). Istilahnya, kita seperti sedang ngemil, membaca buku sedikit demi sedikit, namun konsisten.

Keempat, sebagai penutup, Kang Adji menyarankan kami untuk rajin mengulas (review) buku. Dengan membuat book review, kita bisa memahami betul isi buku, mengambil manfaatnya, lalu menyimpannya dengan komprehensif. Suatu saat, kita bisa membuka kembali ulasan atau malah menyebarkan manfaat buku tersebut kepada orang lain.

Kang Adji sendiri pernah mengulas 30 buku dalam jangka waktu 2 bulan saja! Buku-bukunya pun tipe non fiksi, yang menurut saya, lebih sulit ketimbang buku fiksi. Salut banget!

30 buku yang diulas Kang Adji dalam waktu dua bulan saja!

Untuk pemula, review paling simpel bisa dilakukan lewat medsos Instagram. Buat judul unik, konten yang “berisi”, dan lengkapi dengan foto menarik. Di caption Instagram, kita bisa menulis dengan batasan maksimal 300 kata. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk bisa mengemas tulisan singkat, namun padat.

Oya, seperti janji saya, satu lagi yang dibocorkan oleh Kang Adji untuk menyiasati mendapatkan banyak buku tanpa membeli mahal adalah dengan berlangganan aplikasi membaca buku. Selain iPusnas, ada pula Gramedia Digital yang menyediakan buku, majalah, dan surat kabar terbitan Gramedia grup dengan harga terjangkau.

Saya langsung coba mengunduh dan berlangganan, hanya 89.000 per bulan untuk akses tak terbatas koleksi premium Gramedia grup. Asyik banget!

Sayang, WMIN edisi Bandung yang merupakan angkatan ke-13 ini punya durasi lebih singkat dari WMIN pada umumnya karena terpotong salat Jumat. Namun, Kang Adji sangat baik dan bersedia menampung pertanyaan yang nanti diajukan melalui kontak lainnya.

Overall, saya sangat puas mengikuti WMIN. Gaya Kang Adji menyampaikan materi santai dan efisien. Beliau juga membawa sebagian buku-buku koleksinya, termasuk buku-buku tebal yang bisa Beliau selesai baca dalam waktu 15 hari saja. Hebat kan? Padahal Beliau sambil bekerja full time dan mengurus empat anak juga sepulang kerja.

Kang Adji menunjukkan salah satu buku yang pernah dibacanya

Penjelasan materi diberikan dengan contoh aplikasi kehidupan sehari-hari, jadi gampang dimengerti


Sebagian kecil dari buku koleksi Kang Adji yang dibawanya ke WMIN 13


Oya, saya sebelumnya ikut juga Kuliah WhatsApp WMIN ini beberapa hari sebelum offline event berlangsung. Tetapi, saya baru betul-betul terbayang setelah hadir langsung di WMIN, ketimbang menyimak kulwapnya.

Selengkapnya tentang WMIN, bisa kamu simak di situsnya : www.membacaitunikmat.com

Pulang dari WMIN, saya langsung mencoba teknik yang diajarkan. Lumayan banget, dari hari Jumat sampai Minggu malam waktu menulis ini, saya sudah menamatkan 4 buku! 1 novel fisik dan 3 novel elektronik dari Gramedia Digital. Bahagia banget rasanya uwuwuwuwu!

Sssttt, saya juga memboyong dua hadiah di WMIN 13. Pertama, jadi orang yang tahun lalu baca buku terbanyak (saya baca sekitar 40 buku, terbanyak di antara peserta lain). Kedua, saya menang hadiah dari Uwitan Yogya Store setelah menjawab buku-buku apa saja yang pernah dibaca Kang Adji.

Waktu ditanya jumlah buku yang saya tamat baca tahun lalu :)

Menang kuis euy! IHIY!



Jadi, bukan sulap, bukan sihir, apalagi tipu muslihat. Membaca dengan cepat dan nikmat itu sangat mungkin kita lakukan. Start small, start now, start with all your might.


Foto-foto : dok. Panitia Workshop Membaca Itu Nikmat – Rumbel Literasi IIP Bandung




You Might Also Like

0 comments

Komen dulu yuk, Kawans!