Why I Love the 90's ?
9.4.18
Sesuai janji saya, akan ada posts khusus zona
90-an. Kenapa sih harus bahas era 90-an? Bahkan saya segitu cintanya, sampai
mencantumkan kata “anak 90s”, “cinta mati sama era 90-an” di setiap biodata atau profil?
Jawabannya, karena dekade 90-an memang udah
mendarah daging dan menyatu dengan jiwa saya.
Mau bukti? Ini hasil ikut kuis iseng-iseng di
sebuah situs :
Jangan heran, kalau isi playlist pemutar musik saya di JOOX dan Spotify didominasi musik
90-an (terutama musik rock). Belum lagi lagu-lagu ini jadi inspirasi saya dalam
menulis. Sebut saja ada dua buku saya, masing-masing di Storial dan Wattpad
yang menggunakan lagu-lagu 90-an sebagai sumber ide.
Saya dulu pernah ikut juga twit per-jadul-an yang
kebanyakan membahas era 90-an ini. Plus, Generasi 90-an adalah salah satu akun
yang wajib follow bagi saya di media sosial. Termasuk membaca webtoonnya di
Ciayo! Comics.
Emang seberapa kerennya sih era 90-an ini? Sampai
seorang Winda Reds kesengsem berat and totally in love with the 90’s?
Gini, saya kasih tahu deh, apa pesona era 90-an
yang bikin saya kepincut.
Pertama, saya tumbuh besar di era ini. Era 90-an
terbentang dari masa saya duduk di SD sampai SMA. Dalam rentang waktu itu, saya
belajar banyak hal baru dalam hidup. Pahit manis, suka duka, era 90-an menjadi
saksi tumbuhnya saya dari tunas menjadi pohon muda (anggap aja saya pohon
toge!)
Kedua, di era 90-an saya belajar mengarungi
peralihan. Dari TV nasional yang hanya satu kemudian jadi kenal saluran TV
swasta. Mulai kenal teknologi digital, tetapi belum sampai menyediakan ruang
untuk “riya”. Beneran deh, media sosial itu bikin hidup makin rumit, kalau
dilihat dari sisi psikologis yang menyertai kemudahan berkomunikasi. Saya masih
kenal cara “manual”, meskipun mulai belajar juga memakai cara “canggih”.
Ketiga, selera yang ada di era 90-an lebih “saklek”.
Enggak ada cerita band rock cadas, ujug-ujug keluarin lagu menye-menye. Atau
citra candy pop yang serba warna
warni, bisa berubah dalam satu malam jadi si anak gothic. Ya, intinya, kamu kudu memilih “kubu” dari awal dan stay true to yourself.
Keempat, kaum nyinyir’ers dan jempol neraka netijen
tidak banyak menghancurkan mental anak 90’s. Lha gimana, mau internet aja belum
ada sampai akhir era 90-an (dengan kecepatan yang bikin kepala botak saking
banyak dijambakin). Kita masih pakai telepon rumah dan surat-suratan buat
berkomunikasi. Jadi, proses panjang dan lama ini, bikin orang pun lebih
selektif menyampaikan pesan.
Kelima, nostalgia enggak pernah gagal buat saya.
Mengenang masa lalu tidak selamanya buruk, kok. Kita malah bisa menemukan
hal-hal sederhana yang membuat kita lebih gampang bahagia. Lalu menggunakan
kesederhanaan itu sebagai “tameng” menghadapi hidup yang semakin ribet di masa
sekarang.
Nah, dari fanatisme saya terhadap era 90-an ini,
enggak lengkap kalau saya mengoceh sendirian. Luckily, I found my partner in crime.
Kawans, kenalin rekan nostalgia saya : ASTI WISNU!
Cewek yang satu ini enggak hanya sebaya sama saya.
Dia juga penggemar era 90-an dan masih banyak kenangan era itu yang menempel di
otaknya. Lucunya, pas saya kasih kuis yang sama untuk dia, hasilnya : she also belongs in the 90’s!
Mau tahu lebih banyak tentang Asti? Main aja ke
blognya astiwisnu.blogspot.co.id atau kepoin IG-nya di @astiwisnu.
Saya dan Asti bisa dibilang ada di sisi koin berbeda, walaupun sama-sama jadi anak 90’s. Perbedaan ini yang nanti bakal jadi sumber bahasan kita di special collaboration section berjudul :
Kenapa disebut BATTLE?
Yah, walaupun bukan bermaksud piting-pitingan macam The Rock dan Triple H, atau
saling cabut nyawa ala Celebrity Deathmatch, kita bakal mengupas sisi berbeda
dari sebuah hal atau topik yang 90's banget. Perbedaan itu wajar, and
we try to respect each other’s choice.
Nantikan post
kolaborasi ini di setiap awal minggu kamu. Ayo main ke mesin waktu dan
bernostalgia bersama!
5 comments
LET THE BATTLE BEGINS!
ReplyDeleteLET'S!
Delete*drum roll*
Ditunggu postingan selanjutnya yaa Mamah Merah.. Wkwkwk siap siap terbawa nostalgia masa ingusan nih..
ReplyDeleteThanks, Ika! Ingusnya dilap dulu yaaa jangan lupa hahaha :D
Deleteseru.. selalu suka sama tulisan mamah merah
ReplyDeleteKomen dulu yuk, Kawans!