British Invasion Rockin' the 90's Music Scene : Serangan Britania Bikin Musik 90's Kian Berwarna

30.4.18




Halo, Kawans! Maaf ya, posting Back to the 90’s Battle minggu ini super telat. Ada beberapa kesibukan dan agenda liburan mendadak yang bikin saya tertunda terus mengetik ini.

Kali ini, saya dan Asti akan membahas mengenai musik di era 90-an. Untuk membuatnya spesifik, kami akan mengupas sesuatu yang sangat memorable di telinga anak muda masa kita SD sampai SMA dulu : British invasion in the rock music scene!

Sebenarnya, Inggris sudah terkenal sebagai negara kolonialis yang menguasai banyak sekali negara di masa peperangan dahulu. Nah, di industri musik, “serangan” juga tanpa ampun dilancarkan, terutama terhadap negara adidaya, Amerika Serikat.

British invasion di bidang musik dikenal pertama kali di era 60-an. Waktu itu, beberapa band rock n roll asal negeri Ratu Elizabeth ini mengguncang dunia, bahkan mencatatkan diri menjadi legenda musik hingga kini. Siapa yang tak kenal The Rolling Stones dan The Beatles? Dua band dewa ini hingga sekarang masih menjadi inspirasi bermusik dari generasi ke generasi.

Rupanya, di era 80-an, invasi ini kembali terjadi, dan dinamakan dengan second British invasion. Saat tren glam rock dan musik dance sedang digilai, masuklah band-band yang kemudian kembali menjadi nama-nama super beken. Sebutlah U2, The Police, Duran Duran, Depeche Mode, Joy Division, dan sederet nama lainnya.

Pergerakan ini terus berlangsung hingga di akhir 80-an, menyeruaklah fenomena Madchester. Beberapa band indie asal kota Manchester, Inggris, memperkenalkan a new kind of sound, mendobrak tren musik di Inggris yang saat itu dikuasai musik glam rock. Nama-nama The Stone Roses, James, The Charlatans, dan Happy Mondays, menjadi raja-raja pertama, eyang dari Britpop sebelum Gallagher bersaudara meledakkan nama Britpop ke seantero dunia.

Nah, ternyata serbuan ini tak menyurut di era 90-an. Malah, tidak hanya musik rock saja yang jadi sasaran, namun area musik pop, rock bahkan musik dansa secara signifikan mulai mengalami perubahan peta pula. Saluran musik terkemuka, MTV, menjadi ujung tombak tersebarnya pengaruh Inggris dalam dunia musik waktu itu.

Apa saja serangan-serangan maut dari balik bendera Union Jack ini?

Pertama, ada genre britpop. Genre musik yang satu ini sebenarnya adalah sempalan dari musik alternatif dan indie rock. Encyclopedia Brittanica mendefinisikan brit pop sebagai pergerakan musik rock dari Inggris di era 90-an dengan ciri khas petikan gitar melodius ala musik The Beatles. Dalam definisi itu pula, disebutkan tiga band yang termasuk jadi nama-nama teratas dalam brit pop, yaitu Oasis, Blur, dan Pulp. Meskipun, akhirnya dunia pesohor lebih sering diributkan oleh rivalitas dua band yang disebut pertama.

Blur
pic : nme.com

Oasis
pic : nme.com

Pulp
pic : nme.com


Perseteruan Oasis dan Blur mulai terlihat kentara ketika kedua band ini mengeluarkan single di waktu bersamaan, sehingga saling bersaing di tangga lagu. Sebut saja lagu Roll with It (Oasis) yang berduel dengan Country House (Blur). Keduanya disebut-sebut sebagai perwakilan dari sisi utara dan sisi selatan Inggris, dengan sound berbeda. Tabloid-tabloid di Inggris pada era 90-an jadi dipenuhi oleh ajang adu populer keduanya.

Di Inggris sendiri, Blur mengalahkan Oasis dalam hal angka penjualan album kala itu. Namun, Oasis yang lebih cerdik, berhasil melakukan ekspansi ke Negeri Paman Sam, America Serikat dan meraup lebih banyak popularitas. Teringat pada album fenomenal (What’s The Story) Morning Glory? di tahun 1995, yang lagu-lagunya tak absen tayang di saluran MTV. Setidaknya ada enam lagu yang melejit dari album tersebut : Roll with It, Wonderwall, Don’t Look Back in Anger, Some Might Say, Morning Glory, dan Champagne Supernova.

Saya sendiri, tidak terlalu ambil pusing oleh perseteruan dua klan Britpop tersebut. Lagu-lagu mereka sama saja enaknya, terlepas dari gontok-gontokan dan sederet perilaku ala bad boy yang kerap ditunjukkan oleh para frontman, Liam dan Noel Gallagher versus Damon Albarn dan Graham Coxon.

Tak sembarangan jika saya bilang, britpop merupakan serangan terdahsyat Inggris di era 90-an dalam kancah musik rock. Rasanya, dulu waktu saya ABG, cowok dengan rambut berponi ala Gallagher brothers dan Damon Albarn bertebaran dimana-mana. Apalagi dulu para penggila Britpop ini rajin nongkrong di gigs band-band lokal yang membawakan lagu-lagu dari ranah Britania. Salah satunya yang populer di Jakarta, adalah Poster Cafe.

Jika dilanjutkan, ada pula masa dan aliran musik kedua yang dikatakan sebagai post britpop. Di sini, band-band Inggris mulai mengawinkan berbagai sound unik yang membuat musik rock semakin enak didengar, tak terkecuali musik alternatif dan grunge ala Amerika. Nah, kalau mau diadu, saya sebenarnya lebih suka dengan aliran ini.

Sebut saja, Radiohead, The Verve, dan Stereophonics, terasa tidak semendayu britpop. Genre ini pula yang nantinya menjadi cikal bakal band-band Inggris pasca milenium seperti Coldplay, Artic Monkeys, Kaiser Chiefs, Bloc Party, dan sejenisnya.

Radiohead
pic : spin.com

The Verve
pic : allmusic.com

Stereophonics
pic : nme.com


Sebagai anak nongkrong MTV, saya dan mungkin juga kamu, tentu tahu dengan sebuah program yang wajib ditonton remaja gaul pada zamannya : MTV Alternative Nation. Saya juga turut membeli kedua album kompilasinya.

MTV Alternative Nation album volume 1
pic : discogs

MTV Alternative Nation album volume 2
pic : musik-sammler.de


Bisa dilihat, isi album ini memang masih menggabungkan musik alternatif dari Inggris dan Amerika. Namun, sebagai penyimak peta musik rock era 90-an, memang band-band Britania Raya punya ciri khas yang lebih menghipnotis.

Tidak percaya?

Saya akan masuk ke pembahasan serangan ketiga, yaitu musik elektronika. Jika di era 80-an, ada Duran Duran, Pet Shop Boys, dan New Order yang mengusung sound elektronik dalam musiknya, maka era 90-an mengenal sebuah genre bernama trip hop.

Dalam trip hop, unsur utama musik adalah hip hop dan elektronika. Dua band asal Inggris, Massive Attack dan Portishead menjadi penggedor di garis depan untuk genre ini. Saya ingat betul, bahkan Melly Goeslaw yang dulu masih aktif di band Potret, menyebutkan Portishead sebagai salah satu pengaruh bermusiknya. Ini yang kemudian saya rasa menjadi inspirasi salah satu lagu Potret yang berjudul Diam.

Massive Attack
pic : discogs

Portishead
pic : discogs


Radiohead pun sempat mencicipi elektronika dalam album mereka, OK Computer dan Kid A. Sebuah terobosan menarik, namun mendapatkan kritik pula dari beberapa pengamat musik. Saya termasuk menikmati eksperimen ini, karena ada warna berbeda yang membuat lagu-lagu Radiohead semakin variatif.

Untuk musik electronic dance, tentu pecinta perdugeman era 90-an tahu tiga nama besar berikut : Prodigy, The Chemical Brothers, dan Fatboy Slim. Tak dipungkiri, tiga nama tersebut adalah penguasa lantai dansa dengan beats yang menghentak, namun tidak bikin pusing kepala alias godek-godek enggak jelas hahaha.

The Chemical Brothers
pic : getty images
Prodigy
pic : reuters
Fatboy Slim
pic : fatboyslim.net


Tak lengkap jika saya membahas ini itu, tanpa membocorkan playlist seri British Invasion ini. Kali ini, saya akan berikan daftar yang bukan berisi lagu-lagu standar, yang mungkin kalau kamu lihat, bakalan seperti udah tebak apa isinya. Lagu-lagu ini mungkin pernah kamu dengar, pernah kamu suka, namun saya rasa sudah banyak yang mulai melupakannya.

Inilah tujuh lagu ‘terserang Inggris’ pilihan Mamah Merah :


1. Fake Plastic Trees – Radiohead
Oasis dan Blur boleh saja disebut sebagai raja diraja musik rock Inggris, namun selera saya tak bisa berpaling dari band asal Oxfordshire ini. Keberanian mereka bereksperimen menarik perhatian saya dan jujur saja, keunikan vokal Thom Yorke yang macam hidup dalam alamnya sendiri, really dope!
Jika kebanyakan orang akan mengingat Radiohead dari tembang Creep dan High and Dry, lagu paling memorable versi saya adalah lagu mereka yang satu ini. 



Apalagi, jika perhatikan baik-baik, video klip lagu ini yang fenomenal, saat Thom Yorke, sang vokalis duduk di troli sebuah supermarket. Cuplikan video Fake Plastic Trees juga menjadi salah satu opening title program MTV (MTV Fresh, tepatnya, kalau ingatan saya belum error, ya!). Kabarnya, lagu dari album The Bends ini dibuat Yorke dalam kondisi mental yang sangat tidak stabil dan prosesnya mengalir begitu saja. Well, I must say, coming from a screwed mind, you did a very good job making this kind of music, Sir.


2. The Everlasting – Manic Street Preachers
Saya mengenal Manic Street Preachers pertama kali waktu menemukan salah satu lagu mereka A Design for Life ada di album MTV Alternative Nation volume pertama. Kemudian, begitu masuk ke album berikutnya, saya menyebut band asal Wales ini sebagai pembuat judul lagu sepanjang jalan kenangan. Mungkin karena judul albumnya saja panjang : This Is My Truth Tell Me Yours. Plus, dua lagu lainnya yang judulnya mirip artikel viral jaman now, If You Tolerate This And Your Children Will Be Next dan You Stole The Sun From My Heart.



Tapi, melodi dan lirik dalem ala Manic Street Preachers memang sukses mengambil hati saya. Cinta yang sama akhirnya tumbuh kembali di tahun 2004, ketika saya berkenalan dengan band Keane, yang saya sering sandingkan di hati bersama Manic Street Preachers.


3. Govinda – Kula Shaker
Hayo pasti kamu lupa deh, pernah ada lagu berlirik India yang enggak bikin kamu joget-joget di balik pohon atau nari hujan-hujanan? Ya, band yang satu ini nekat membuat lagu yang liriknya lebih parah pengulangannya dari lagu anak-anak. Tapi, apa mau dikata, nada dan liriknya sangat catchy. Jadilah mudah menempel pada memori and delightedly stuck in our head.



Kula Shaker memang menempatkan unsur India dan mengadopsi konsep spiritualitas dalam band. Dari namanya saja, yang diambil dari salah satu raja India di abad kedelapan, Kulasekhara, sudah terlihat betapa kentalnya nuansa negeri Asia Selatan itu bagi Crispian Mills, dkk. Suara sitar, tamborin, dan tabla setia mengisi musik Kula Shaker. Sayangnya, kritikus kurang menyukai Kula Shaker dan saya lihat, setelah album perdana mereka, K di tahun 1996, Kula Shaker seakan tenggelam oleh band-band lain yang lebih kreatif meramu musik mereka.


4. Glory Box – Portishead
This song sounds like a great temptation! Diambil dari album perdana mereka berjudul Dummy, vokal Beth Gibbons begitu menggoda, seperti menyuarakan lirik seorang wanita yang ingin benar-benar dicintai, bukan sekadar jadi mainan belaka. 



Lagu ini termasuk populer karena iramanya yang khas, digunakan sebagai latar musik pada film, serial televisi, dan iklan. Iklan yang dulu sering diputar adalah denim ternama, Levi’s, dengan plot seorang siswa sekolah dasar yang melihat seorang pria bercelana denim keren, mendapatkan pesan rahasia dari seorang wanita (yang rupanya adalah guru sang siswa).



Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, genre yang diusung Portishead, yaitu trip hop, memang tidak biasa. Like a fresh air in the music scene, keistimewaan aliran musik ini membuat Portishead wajib didengarkan bagi siapa saja yang ingin isi playlist lebih berwarna dan bukan yang standar saja.


5. Three Lions – Lightning Seeds
Oke, Inggris dan sepakbola seperti anak kembar siam yang sulit dipisahkan. Maka, tak salah jika saya harus memasukkan lagu yang satu ini ke dalam playlist hari ini. Band ini adalah salah satu favorit suami saya dan sering saya dengar di radio mobil hingga sekarang. Selain karena berasal dari kota Inggris favorit saya, Liverpool, lagu ini mengungkapkan doa, harapan, dan semangat para pendukung kesebelasan Inggris (yang hingga kini belum berhasil memboyong kembali Piala Dunia ke ranah Britania).



Dengan lirik yang turut disusun oleh duo komedian Inggris, David Baddiel dan Frank Skinner, lagu Three Lions dibuat untuk menyambut Piala Eropa 1996 yang memang digelar di Inggris waktu itu. Sayang, meskipun menjadi tuan rumah, gelar juara masih belum beruntung diraih dan masih berlanjut ke ajang internasional lainnya. Setidaknya, lagu ini masih terus populer, apalagi dengan jargon andalan football’s coming home, yang semoga saja bisa terwujud dalam waktu dekat.


6. Me and You Versus The World - Space
Tak banyak yang tahu band satu ini. Memang, dari luar band yang berkiblat pada The Who ini terlihat biasa saja. Frontman-nya bukan tipe bad boy dengan wajah menarik. Melodi lagunya pun campur aduk dengan berbagai sound. Namun, apa yang jadi kekuatan band ini adalah ide lagu yang tidak biasa (seperti tentang sakit jiwa dan serial killer) plus lirik yang seringkali berbau dark humor. Katanya sih, Tommy Scott, sang penulis lagu sekaligus vokalis utama band ini banyak terinspirasi dari sutradara Quentin Tarantino dan kartun Looney Tunes dalam membuat lagu-lagunya.



Datang dari album Spiders, saya memandang lagu ini sebagai bentrokan antara suara hati Bonnie and Clyde campur Romeo and Juliet, tetapi dengan gaya lebih tengil dan kocak. Mungkin, kalau kamu lagi pacaran backstreet atau nekat mau kawin lari menentang restu, bisa makin nekat kalau menghayati lagu ini hihihi.


7. Block Rockin’ Beats – The Chemical Brothers
Sebagai penutup daftar, saya persembahkan tembang yang paling nendang soal serangan Britania Raya. Sempat menjadi ringtone di ponsel saya, betotan bas, hentakan drum, dan suara towet towet dalam lagu ini memang sangat berkesan. Rasanya pengin setel lagu ini dalam volume yang bikin runtuh atap rumah, kalau kepala lagi puyeng sama ulah ninjaboys, wakwaw! Meskipun saya masih enggak bisa lancar ngomong ‘back with another one of those’ tanpa kesrimpet di depan kata ‘block rockin beats’ hehehe.



Tapi, kejeniusan Tom Rowlands dan Ed Simons memang luar biasa. Sampai Noel Gallagher, pentolan Oasis, yang juga sama-sama berasal dari kota asal mereka, Manchester, ikut berkolaborasi dalam beberapa tembang, seperti Setting Sun dan Let Forever Be. Belum sah begajulan di era 90-an kalau belum bergoyang dengan lagu peraih Grammy 1998 kategori Rock Instrumental ini!


Wow! Memang tak ada habisnya kalau membahas soal musik 90-an. Apalagi, kalau mendengar musik masa kini yang mulai terdengar membosankan di telinga, kembali ke playlist nostalgia ini adalah penyegaran yang oke banget dicoba.

Penasaran sama pilihan lagu-lagu brit invasion ala Asti? Baca di post-nya yang satu ini!

Dan saya juga sedang membuat serial romance di Wattpad berjudul Bittersweet Love Rhapsody yang menggunakan sederet lagu-lagu 90's, termasuk british invasion songs. Mampir baca, vote, dan comment sekalian boleh lho!

Kamu sendiri, apakah dulu sempat tergila-gila dengan salah satu band yang saya bahas di atas? Atau ada pilihan favoritmu sendiri yang masih susah move on darinya? Share di kolom Komentar, yuks!

You Might Also Like

4 comments

  1. Thankyou bgt loh mama merah ngluarin list2 lagu2 90 an yg gilaa aku lupa judul dan bahkan penyanyinya tapi nadanya uda ada di alam bawah sadar.. hahha.. ❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alam bawah sadar bangeet hahaha, untung bukan Lingsir Wengi yang nyangkut di kepala. Sengaja nih ogut pilihin yang tembang gampang terlupakan. Jadi ada alasan buat buka Youtube dan Spotify lagi buat refresh otak.

      Delete
  2. Fake plastic trees! OMG i love Artic Monkeys too (anak pre-milenial). Loving your structure and pilihan kata as always. ❤

    ReplyDelete
    Replies
    1. British bands selalu terdepan, ya! Somehow, sound mereka selalu unik, captivating, dan bikin nagih buat didengerin terus-terusan. Thanks for reading, Ina!

      Delete

Komen dulu yuk, Kawans!